Minggu, 20 Mei 2007

Komunitas penunggu anak sekolah

Senin, 21 Mei 2007

Kantor libur dari tanggal 17-20 Mei. Empat hari. Lumayan, aku bisa berlama-lama sama anakku. Karena dia cuma libur di tanggal 17, aku bisa nunggu dan nganter sekolah Jumat-Sabtu nya. Aku kembali gabung dengan komunitas para penunggu anak sekolah. Komunitas ini terdiri dari empat kelompok:
1) Kelompok bapak-bapak. Mereka biasanya bergerombol di bawah pohon mangga dekat motor mereka diparkir. Jumlahnya sekitar 5 orang. Entah apa kerja mereka dan dimana isteri mereka. Mungkin mereka memang bapak rumah tangga yang sekarang lagi tren, ato mungkin mereka kerjanya malam, ato mungkin kerja swasta alias srabutan jadi punya waktu buat nunggu anak sekolah.
2) Kelompok mbak-mbak dan suster-suster. Mereka kelompok terbanyak ada sekitar 10, umurnya sekitar belasan tahun. Gaya mereka berpakaian macam-macam. Ada yang bersahaja gaya pakaiannya, ada yang norak, tapi ada juga yang modis sehingga nggak mirip mbak-mbak. Kalo suster ya formal, dengan baju seragam suster. Putih-putih dengan bordir yayasan yang menunjukkan asal yayasan mereka. Para mbak dan suster ini rata-rata ber-hape, sehingga perbincangan antar mereka juga bisa saja ke soal gadget terbaru (ini berdasar bocoran dari susterku).
3) Kelompok ibu-ibu yang anaknya sekolah TK.
4) Kelompok ibu-ibu yang anaknya sekolah KB. Aku termasuk kelompok ini. Jumlahnya tak banyak, cuma 5 orang.

Antara kelompok 3 dan 4 biasanya saling kenal, kami juga bisa ngobrol bareng kalo pas duduknya berdekatan. Tapi biasanya kelompok 3 di dalam rumah tunggu (meski sama juga dengan kelompok 2 tapi mereka terpisah), sementara kelompok 4 memilih di bangku di bawah pohon.

Rutinitas kami adalah sebagai berikut: sesudah bel kami akan menunggu anak baris sebelum masuk kelas, kemudian kami sarapan. Pilihannya tak banyak. Kalo gak siomay, nasi uduk, ya warung mi Jamal. Yang terakhir ini yang paling sering. Aku sendiri ketagihan mi ayamnya uenak banget, juga pangsitnya renyah. Plus sambel cap jempol yang bikin kuah jadi asoi. Biasanya kami cuma pesan setengah porsi, cukup untuk sarapan.

Topik perbincangan kami macam-macam, dari ngomongin orang, curhat soal rumah tangga, soal anak, soal pelajaran sekolah, soal ngelahirin anak, proses hamil, dan juga soal sex. Jangan salah, ibu-ibu ini kalo ngomong soal sex waduh, luar biasa mereka. Apalagi kalo ngomongin soal bagaimana mereka berhubungan dengan suami. Sehabis itu biasanya kami bisa ketawa ngakak, karena masing-masing nyeletuk dengan istilah lucu-lucu.

Meski waktu ketemu cuma sebentar, tapi bagi kami ini komunitas terbaik untuk ngurangin stres. Aku juga memanfaatkan komunitas ini untuk berbagi cerita.

Senin, 14 Mei 2007

Rute Baru

Selasa, 15 Mei 2007

Hari ini berangkat kantor pakai alternatif jalur KRL Ekonomi. Belum pernah sih, baru nyoba-nyoba. Berangkat dari rumah sekitar jam 07.15 dianter suami sampai jalan raya, terus naik angkot ke Stasiun Serpong (ongkosnya 2000 perak). Stasiun ternyata nggak ramai. Nggak ada antrian tiket, harga tiketnya ternyata cuman 1500 perak. Aku pilih jalur Serpong-Tanah Abang.
Sekilas aku tanya petugas pembolong tiket di depan pintu masuk stasiun, katanya kereta baru akan datang jam 8 kurang. Nunggu sekitar 10 menitan, keretanya baru nongol. Wah, berdesakan. Apesnya aku nggak dapat tempat duduk. Ya udahlah, terima aja, namanya juga 1500 perak. Eh, ternyata kereta tak kunjung berangkat. Si ular besi ini masih ngetem sekitar 10 menit. Dan...bergeraklah dia setelah hampir bosan aku berdiri ngalamun tengok kiri tengok kanan.

KRL berhenti di tiap stasiun: Rawa Buntu (BSD), Sudimara (Bintaro), Pondok Ranji (Bintaro), Kebayoran, Palmerah, dan akhirnya Tanah Abang. Di tiap stasiun tadi kereta masih menelan penumpang hingga di dalam gerbong jadi ngap, penuh sesak, si tukang jual tahu mulai teriak-teriak minta jalan karena kesulitan dorong dagangannya. Beruntung, di Palmerah aku dapat tempat duduk. Ya..lumayan lah buat nekuk kaki, apalagi hari ini aku sengaja pakai sandal berhak tinggi. Soalnya mendung dan pagi-pagi udah ujan, takutnya kalau aku pakai sepatu boot dan kehujanan susah keringnya. Pengalaman yang lalu bikin badan ini meriang, baju basah kena hujan, sepatu juga, dan susah keringnya. Sementara di KRL AC dinginnya bukan main. Nightmare waktu itu.

Di stasiun Tanah Abang, penumbang ambrol membeludag keluar. Kereta seperti muntah-muntah dan muntahannya berubah jadi rombongan semut yang bergerak ke atas menuju tangga keluar. Aku pegang erat tasku. Takutnya ada copet gentayangan.

Sampai di luar stasiun aku tanya ke ibu-ibu pedagang kue bagaimana cara sampai ke thamrin, dia jawab naik Kopaja 502 jalan dulu di bawah lorong jalan layang. Aku ikutin sarannya. Bener juga ada beberapa Kopaja 502 ngetem di sana nunggu penumpang, kondekturnya teriak-teriak manggilin calon penumpang. Perasaanku lega, 502 sepertinya tak asing. Ini jurusan Tanah Abang-Kampung Melayu, cuma aku lupa kemana dia melintas.
Makin lega lah aku ketika si Kopaja melintas Kebon Sirih lantas belok ke TIM, tepat seperti dugaanku. Aku turun di TIM, jam di depan Menteng Huis tadi menunjukkan waktu 09.05, masih pagi. Aku beli ketupat sayur di sebelah TIM, buat aku bawa ke kantor. 4000 perak harganya. Perutku melilit. Kelaparan, tadi pagi cuma nyeruput secangkir energen cereal dan tiga buah kue gabus sisa buat tamu hari Minggu.

Dari TIM aku naik bajaj, tawar menawar cukup ketat, mosok dia minta 10ribu sampai ke kantor. Keterlaluan. Aku tetap pada pendirianku 6ribu perak titik. Eh, dia nyerah juga. Dan ternyata si bapak bajaj ini salah paham, dia pikir aku mau ke arah Manggarai, makanya dia minta 10ribu.

Kantor masih sepi pas aku nyampe. Lega. Hari ini aku dapat pelajaran baru, alternatif rute yang bisa dipilih selain nebeng, KRL AC, Bis BSD, atau bis reguler dari Kebon Nanas. Rute baru ini menyenangkan buatku karena jam keberangkatannya bervariasi dan hampir tiap saat ada. Aku bisa masakin anakku dulu, atau belanja dulu di tukang sayur, atau sekadar main-main sama anak dulu, atau ya sekadar malas-malasan bangun agak siang dikit daripada biasanya jam 04.30 sudah harus melekin mata.

Cuma saja, seandainya saja KRL Ekonomi lebih nyaman dikit kan lebih enak lagi. He..he..namanya manusia, nggak pernah puas.

Minggu, 13 Mei 2007

ide Bintang


Minggu, 13 Mei 2007

Hari ini aku dapat pelajaran yang indah dari Bintang. Bintang anakku, laki-laki, umurnya baru 4 th 3 bulan. So, here is the story:

Biasanya hari Minggu kami punya dua alternatif pilihan tempat misa; kalau nggak ke Alam Sutera ya ke BSD. Kami tinggal di Regensi Melati Mas, jadinya di tengah, bisa ke kanan atau kiri. Semalam Bintang jawab ke BSD waktu aku tanya mau ke gereja mana. Nah, jadilah kami ke gereja St. Monika BSD, ikut misa jam 08.30.

Kami berangkat dari rumah sekitar jam 08.00 naik motor. Sampai di sana, sudah penuh. Pilihannya adalah duduk di bangku sambil nyender tembok kantor Paroki. Tapi ternyata tidak begitu menyenangkan, menjelang siang, matahari menyengat, panas. Akhirnya Bintang aku ajak cari tempat yang teduh. Tak banyak pilihan, umat menyebar dimana-mana, ada yang di bangku, ada yang di lantai. Pilihan yang tersisa adalah di dekat pintu masuk sakristi. Jadilah kami di sana. Adem. Bintang sendiri lebih bebas.

Seperti biasa Bintang nguprek tas ku. Setelah cari-cari dia nemu koin 5oo perak. 'Gopek dulu dong', katanya niru pak Ogah. Uang itu dipegangnya terus, 'Nanti aku mau beli sesuatu', katanya. Dan mulailah kerewelan itu. Sehabis komuni, dia mulai merengek-rengek minta keluar karena mau beli sesuatu. Setengah mati aku bujuk-bujuk, 'Nanti kalau Romo sudah kasih berkat, bentar lagi kok'.

Akhirnya selesai juga misa. Di depan gereja kebetulan banyak orang jual patung dan doa semuanya dengan tema Maria. Ini kan bulan Maria, wajar saja. Aku beli tiga doa novena, Novena Tiga Salam Maria, Novena Bunda Lourdes, dan Novena Hati Kudus Yesus. Masing-masing 2000-an perak.

Di luar, Bintang aku gandeng sambil lihat-lihat orang jual makanan. 'Bintang mau beli apa?' tanyaku. Dia diam aja, masih tengok kanan, tengok kiri sambil megangin koinnya. 'Mau coca cola?' tambahku lagi. Biasanya dia paling suka minum coca-cola. 'Enggak, susah minumnya nanti', sahutnya. 'Lho, kan minumnya di sini. Kalau dibawa naik motor emang susah. Mau? Ibu belikan ya?' aku sudah mau ngajak dia ke tempat jual minuman.

'Enggak ah, bu. Enggak jadi', katanya sambil narik tanganku balik ke gereja. 'Lho, kenapa?' tanyaku bingung.

'Aku mau kasih uangnya ke ibu itu', katanya sambil nunjuk ibu pengemis di pintu masuk gereja.

Ya, ampun...sedari tadi aku nggak sadar ada ibu pengemis itu. Bintang kasih uangnya ke ibu
pengemis itu. Si ibu pengemis ngucapin terima kasih.

Aduh, rasanya hati ini kok tersentuh sekali. Antara bangga, juga terharu, dan malu pada diri sendiri. Kok anak ini bisa begitu ya? Pas sambil jalan, aku tanya, 'Bintang kenapa uangnya dikasih ke ibu itu? Kan Bintang bisa jajan di rumah kalau di gereja nggak mau jajan?' Aku nyoba mancing-mancing dia. 'Atau uangnya kan bisa ditabung saja?', tanyaku lagi.

'Karena itu ideku, ibu', begitu jawab Bintang singkat.

Aduh...Bintang langsung aja aku sun. Hari ini aku begitu bangga sama dia. Terima kasih, Tuhan, batinku, kamu titipkan anak ini kepadaku. Semoga aku bisa selalu mendampingi, mendidik, dan mengajarnya seturut kehendakMu.

Bunda Maria, ajari aku menjadi ibu yang baik bagi anakku..