Kamis, 28 Oktober 2010

Killer Brownies a ka Pennylane Brownies


Akhirnya berhasil juga setelah nyoba yang keduakalinya :D

Ini resep brownies yang bikin penasaran, soale banyak yang ngomongin di milis dan juga banyak yang bilang enak banget. Di google, jika ketik "pennylane brownies", dalam 0,09 detik akan muncul 12.700 hasil. Wow! Mereka ada yang berupa gambar, resep, testimoni yang semuanya bernada positif. Luar biasa ya.

Pennylane Brownies, atau yang juga disebut Killer Brownies setahu aku (hasil googling) adalah resep milik Riana Ambarsari, fotografer sekaligus pengajar kursus fotografi di NCC dan pemilik blog pennylane kitchen. Menurut cerita, Riana memodifikasi resep brownies home-made ibu-ibu Amrik. Riana juga pernah jualan brownies ini dan sangat laku. Resep ini juga sudah dimuat di salah satu halaman buku terbitan NCC berjudul "18 Cake dan Cookies: Step by step dan Jurus-jurus Jitu". Kabarnya pula, banyak member NCC yang menjadikan brownies ini sebagai dagangan andalannya. Kalau aku yang jualan, laku juga tidak ya?

Aku sendiri baru sekali bertemu Riana sewaktu acara buka bersama NCC-FPC 31Agustus lalu. Ia berkulit putih, mengenakan jilbab. Penampilannya gaya dan dinamis dengan sepatu boot sebagai alas kaki. Riana masih muda-mungkin sekitar tigapuluh tahun umurnya. Ia juga cantik, terkesan energik, dan ramah. Menurutku ia perempuan yang cerdas. Saat itu hanya sedikit kami berbincang. Namun, sesudah acara usai, kami sempat berfoto bersama.

Nah, ini foto kami berdua dengan hasil foto masing-masing. Jangan bandingkan hasil jepretanku dengan karya Riana, sudah tentu kalah jauh, meski di acara bukber itu fotoku dipilih dan aku pulang bawa suvenir :D (cerita lengkapnya ada di sini).

Selanjutnya aku belum pernah bertatap muka lagi dengan Riana. Di acara demo NCC di Pejaten 23 Oktober kemarin aku memang lihat Riana, tapi ia nampak sibuk sebagai fotografer dan kami juga tak bertatap muka. Maklum, aku duduk di belakang dengan dua anak yang tak bisa diam. Tak mengapa, barangkali lain waktu. 

Kembali ke brownies. Setelah uji coba di dapurku, hasilnya memang se-luar biasa yang aku baca. Beneran enak banget! Anakku suka, suamiku juga. Jadi, Big Thanks to Riana :D

Dan ini resepnya yang aku ambil dari blog milik Elsye
(aku cuma bikin separo resep dengan loyang 20x20x4 dan gula pasir 175 gram)

Pennylane Brownies - Killer Brownies

Bahan:
4 btr telur
450 gr gula pasir
225 gr minyak goreng
60 gr coklat bubuk
210 gr tepung terigu
1/2 sdt garam
1 sdt vanilla bubuk
120 gr kenari
85 gr chocolate chips

Cara membuat:
- Alasi loyang dengan kertas roti dan olesi mentega. Panaskan oven 180 derajat Celcius.
- Campur coklat bubuk, terigu dan vanilla bubuk.
- Kocok telur dan gula sampai mengembang dan butiran gula menjadi lebih halus. Masukkan garam, kocok lagi hingga rata.
- Matikan mixer, ayakkan campuran tepung ke dalam adonan telur, aduk rata. Masukkan minyak goreng, aduk rata.
- Masukkan kenari dan chocolate chips, aduk rata.
- Tuang adonan ke loyang, panggang kurang lebih 35 menit. Tes dengan tusuk gigi/lidi bersih.
- Dinginkan sebelum dikeluarkan dari loyang dan dipotong-potong.

Minggu, 24 Oktober 2010

Lemet

Begini cara membaca judul di atas: "e" yang pertama diucapkan seperti pada kata "pertama" sementara "e" yang kedua seperti pada kata "Aceh". Nah, dapat kan pengucapannya? Kata teman yang orang Sunda, ia diberi nama "Ketimus" kalo "e" yang ini diucapkan seperti pada kata "pertama".

Selain itu, aku tak tahu apakah di daerah lain ada tidak makanan seperti ini. Yang jelas, ia terbuat dari campuran parutan singkong, parutan kelapa (yang tidak terlalu tua, seperti untuk bikin urap misalnya), gula jawa yang disisir halus, dan irisan nangka (ini selera aja, kalo aku suka banget karena nanti akan harum baunya). O ya tambahi garam sedikiiiit banget sekadar untuk penyeimbang rasa.

Setelah bahan tercampur bungkus dengan daun pisang. Sederhana aja bungkusnya, tinggal ditangkupkan vertikal kemudian ujung-ujungnya dilipat ke bawah supaya rapi dan juga tidak meleber kemana-mana jika nanti dikukus - begitu cara memasaknya. Gampang kan? Dan tidak pakai lama, tak sampai satu jam. Persiapan sekitar limabelas menit dan mengukus sekitar duapuluh menit. Jangan lupa, panaskan dulu kukusan sampai uap airnya banyak ya..

Sebenarnya, ini makanan yang dipesan khusus sama si sulung buat dibawa ke sekolah. Sabtu kemarin, 23 Oktober, sekolahnya merayakan Hari Pangan Sedunia. Ini ritual tahunan di Strada dari mulai Kelompok Bermain sampai SMP. Anak-anak diperkenalkan dengan makanan tradisional yang berbahan utama non-beras seperti jagung, pisang, singkong, ubi, ataupun umbi-umbian lain yang dimasak dengan cara digoreng, dikukus, dibakar, ataupun direbus tanpa bahan pengawet dan pewarna. Untuk tingkat Kelompok Bermain dan TK guru-gurunya yang menyajikan makanan tradisional itu, sementara untuk SD dan SMP, anak-anak diminta membawa dari rumah.

Aku bawakan dua jenis buat si sulung, lemet ini salah satunya. Yang lainnya singkong rebus santan. Lain kali aku tayangkan, yang kemarin gak sempat difoto soalnya. Kedua makanan itu kesukaan dia. Yang lemet rasanya manis, sedangkan yang direbus santan itu gurih asin. Dibawa ke sekolah agak banyak dan dibagi-bagi ke teman-temannya. "Banyak yang suka lho bu," begitu laporannya. Memang sih, sampai di rumah kedua makanan itu tinggal sisa sedikit. Syukurlah kalau begitu, yang masak jadi ikut senang.