Senin, 01 Juni 2009
Gelar Doktor untuk Gunawan Wiradi
28 Mei 2009
Akhirnya jadi juga penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa untuk Gunawan Wiradi. Kami biasa menyebutnya hanya GWR saja. Beberapa bulan lalu aku sudah mendengar kabarnya. Seorang teman yang memang menjadi salah satu tokoh di balik acara penganugerahan itu sempat meminta bantuan untuk editing. Tentu saja aku bersedia. Tapi bantuanku tak jadi diperlukan karena sudah ada yang menangani. Tak apalah. Diundang untuk ikut menyaksikan dan memeriahkan acara penganugerahannya saja sudah menjadi satu kehormatan tersendiri buatku.
Acara penganugerahan gelar ini berlangsung khidmat, sederhana, dan rapi. Panitia mengaturnya dengan sangat baik. O ya, acara ini diselenggarakan di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Gedung Rektorat IPB, Dramaga, Bogor. Yang aneh adalah sambutan dari Ketua Senat Akademik. Pada paragraf pertama disebut mengenai awal surat permohonan agar IPB memberikan gelar Doktor HC. Kalimat berikutnya menurutku janggal karena berbunyi seperti ini: "...banyak yang bertanya-tanya siapa gerangan beluau dan apa sesungguhnya kiprah beliau di bidang keilmuan. Pertanyaan tersebut amat wajar karena Gunawan Wiradi bukan merupakan sosok pejabat, selebritis atau pengusaha yang banyak dikenal oleh publik..."
Aku bertanya-tanya siapa kira-kira yang dimaksud dengan "banyak yang bertanya-tanya" itu? Apakah anggota Senat Akademik? Kalimat berikutnya seolah menyatakan bahwa mereka yang "banyak bertanya" itu hanya mengenal pejabat, selebritis, dan pengusaha. Aneh kan? Sungguh aku tidak setuju dengan kalimat itu.
Seorang teman yang aku ajak diskusi tentang hal ini mengatakan bahwa kalimat itu sindiran bagi publik yang tidak mengenal intelektual yang banyak berkiprah. Yaa.. bisa saja karena kalimat itu tidak nyata artinya. Siapa yang dimaksud tidak jelas. Tapi tetap saja menurutku alangkah baiknya jika Ketua Senat Akademik menceritakan soal usul penganugerahan gelar itu dari sisi jalur akademis saja. Misalkan bahwa seorang yang mendapat gelar Doktor itu harus memenuhi persyaratan akademis ini dan itu. Dan ternyata setelah ditelusuri GWR memiliki lebih dari sekadar persyaratan itu maka ia layak mendapatkan gelar itu. Nah, bagaimana? Kalau begini kan lebih halus, lebih sopan, sesuai konteksnya. Semestinya aku saja tuh yang bikin teks pidatonya ..he..he..
GWR nampak sangat terharu ketika ia mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan orasinya. Matanya berkaca-kaca, berbicara pun terbata-bata. Ia sungguh menahan tangis. Ucapnya: "Saya ini orang kecil, bukan saja wujud fisik saya yang memang kecil, tetapi juga bahwa saya orang yang tak bertahta dan tak berharta. Tapi toh IPB berkenan menganugerahkan gelar kehormatan ini dengan tulus, tanpa bias apapun! Sungguh suatu kejutan yang amat luar biasa terutama di saat usia saya yang sudah lanjut ini." Kami semua memberi tepuk tangan atas ucapannya. Ia mengucapkan orasinya dengan ringkas, urut, dan tak bertele-tele. Nyaman sekali rasanya mendengarnya bicara. Saya tak bosan dan antusias rasanya. Usai orasi kami semua memberikan standing applause padanya.
Acara penganugerahan ini ditutup dengan dua lagu persembahan yang sangat menarik. Lagu yang pertama sangat berarti buat GWR, yaitu mars sekolah Arjuna, tempat GWR menuntut ilmu. Lagu yang lain adalah Himne Lingkar Belajar Agraria yang adalah ciptaan GWR sendiri. Lagu ini riang nadanya. Para hadirin mengikutinya dengan bertepuk tangan seturut iramanya. Meriah sekali.
Sesudah acara ini selesai kami semua berbaris untuk antri salaman dengan GWR. Di panggung, GWR ditemani oleh sepupu dan kedua keponakannya. GWR sendiri hidup melajang. Dalam kisah hidupnya diceritakan GWR pernah punya pacar. Namun sang pacar meninggal hampir bersamaan dengan wafatnya sang ibu yang tercinta. Peristiwa ini membuat GWR sangat sedih. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, GWR tinggal kelas. Ia rupanya tenggelam dalam kesedihannya. Tapi GWR tak mau tenggelam terlalu lama, ia bergiat dan mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk ilmu pengetahuan terutama untuk mempelajari isu-isu agraria.
Selesai bersalaman, para hadirin digiring ke ruangan yang berbeda untuk santap siang. Usai makan siang kami diundang untuk menghadiri acara berikutnya, yaitu peluncuran sekaligus empat buah buku GWR. Bukan hasil karya baru. Keempat buku itu adalah kompilasi dari tulisan beliau bersama para peneliti lainnya. Aku tak ikut acara itu. Sesudah mengambil keempat buku yang dibagikan secara gratis aku dan suami langsung undur diri.
Di perjalanan aku masih saja terngiang dengan orasi ilmiah GWR. Berikut adalah salah satu kutipannya yang merupakan hasil terjemahan GWR dari puisi seorang pujangga India ternama di tahun 1968 bernama Kalidasa:
"Jika seorang akademikus hanya memikirkan kedudukan demi memperoleh kesejahteraan, dan mengabaikan penelitian,...maka paling banter dia itu hanyalah seorang 'pedagang eceran'! Yang dijual adalah pikiran lain orang".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar