Senin, 25 Mei 2009

Kamar Mandi di Rumah Saya

25 Mei 2009

Hari ini aku lagi tak punya topik menarik buat ditulis. Seharian kerja dan kerja. Cukup produktif. Tapi udah janji pada diri sendiri mau rajin ngisi blog lagi. Jadi ini tulisan lama aku posting. Tepatnya ini PR waktu ikut kursus jurnalisme naratif beberapa bulan lalu. Perintah PR itu adalah: buatlah tulisan tentang deskripsi suatu benda, atau ruangan, atau orang. Panjangnya sekitar 250 kata.

Tulisan pendek ini adalah PR yang sudah diperbaiki setelah diperiksa Fahri Salam, mentor di kursus. Agak sulit buat saya menulis dengan batasan jumlah kata. Tulisan di bawah ini memiliki kata sebanyak 259 buah. Tak banyak kok perbaikannya. Fahri rupanya menyukai hasil kerjaku. O, ya, ada juga komentar dari Fahri di akhir tulisan.

Berikut tulisan itu - judulnya Kamar Mandi di Rumah Saya:

Kamar mandi di rumah saya kecil. Berbentuk bujursangkar dengan panjang sisi 1,5 meter. Lantainya dari keramik berwarna merah marun. Separuh dinding dilapisi keramik berwarna senada. Saya menghormati ruangan ini sebagai ruang paling pribadi. Ia harus sesuai dengan fungsinya, yaitu mandi dan buang hajat. Saya melarang anggota keluarga meletakkan baju-baju kotor maupun mencuci baju di sana. Isinya hanya peralatan mandi serta satu buah sikat berbentuk bulat panjang untuk menggosok lubang kakus. Satu minggu sekali pembangu menyikat lantainya, menguras bak mandi dan menggosok dinding-dindingnya agar tak berlumut. Bulatan-bulatan kapur barus saya letakkan di sudut-sudut lantai. Jika masih baru, baunya sedikit menyengat.

Sekitar dua tahun lalu, saya mengganti pintu kamar mandi dengan pintu yang terbuat dari plastik. Yang lama dari papan multipleks, lebih mudah busuk bila terus-menerus terguyur air. Penampilan pintu plastik ini lebih modern. Warnanya kuning gading sesuai warna dinding rumah. Pada bagian bawah terdapat sekat-sekat sirkulasi udara. Sayang, kunci pintu tak berfungsi dengan benar. Entah mengapa, kuncinya sering tak bisa dibuka kembali. Harus ada orang lain di luar yang membukanya dengan anak kunci. Agar tak merepotkan, akhirnya kunci pintu sengaja dirusak. Kini pintu itu hanya bisa menutup tanpa bisa dikunci.

Nah, supaya kamar mandi tetap jadi ruang privat, kami membuat kesepakatan. Pintu itu harus tertutup jika ada yang menggunakan. Jika tidak, sebaiknya dibiarkan terbuka. Di malam hari, pintu kamar mandi memang harus tertutup karena kecoak suka keluar dari lubang buangan air dan bisa merajalela kemana-mana. Jika terbangun di malam hari dan ingin buang air, lihat dulu apakah lampu kamar mandi menyala. Jika menyala, itu artinya ada orang lain di dalam.***


Catatan: Ceritanya lucu tanpa berniat ingin melucu. Aku tersenyum simpul setelah menyelesaikan paragraf terakhir. Ia ringan, mengalir, dan terasa 'persoalan' (kamar mandi) ini begitu akrab dengan Mbak Tata. Intens sekali. Aku menyukainya. Mbak juga punya kemampuan bercerita dalam menulis. Setiap orang, tentu saja, punya cerita. Yang susah adalah menuliskannya. Mbak Tata mampu menuliskan kisah ini dengan mengalir dan enak dibaca. Thanks. (Fahri)

Tidak ada komentar: