Begini cara membaca judul di atas: "e" yang pertama diucapkan seperti pada kata "pertama" sementara "e" yang kedua seperti pada kata "Aceh". Nah, dapat kan pengucapannya? Kata teman yang orang Sunda, ia diberi nama "Ketimus" kalo "e" yang ini diucapkan seperti pada kata "pertama".
Selain itu, aku tak tahu apakah di daerah lain ada tidak makanan seperti ini. Yang jelas, ia terbuat dari campuran parutan singkong, parutan kelapa (yang tidak terlalu tua, seperti untuk bikin urap misalnya), gula jawa yang disisir halus, dan irisan nangka (ini selera aja, kalo aku suka banget karena nanti akan harum baunya). O ya tambahi garam sedikiiiit banget sekadar untuk penyeimbang rasa.
Setelah bahan tercampur bungkus dengan daun pisang. Sederhana aja bungkusnya, tinggal ditangkupkan vertikal kemudian ujung-ujungnya dilipat ke bawah supaya rapi dan juga tidak meleber kemana-mana jika nanti dikukus - begitu cara memasaknya. Gampang kan? Dan tidak pakai lama, tak sampai satu jam. Persiapan sekitar limabelas menit dan mengukus sekitar duapuluh menit. Jangan lupa, panaskan dulu kukusan sampai uap airnya banyak ya..
Sebenarnya, ini makanan yang dipesan khusus sama si sulung buat dibawa ke sekolah. Sabtu kemarin, 23 Oktober, sekolahnya merayakan Hari Pangan Sedunia. Ini ritual tahunan di Strada dari mulai Kelompok Bermain sampai SMP. Anak-anak diperkenalkan dengan makanan tradisional yang berbahan utama non-beras seperti jagung, pisang, singkong, ubi, ataupun umbi-umbian lain yang dimasak dengan cara digoreng, dikukus, dibakar, ataupun direbus tanpa bahan pengawet dan pewarna. Untuk tingkat Kelompok Bermain dan TK guru-gurunya yang menyajikan makanan tradisional itu, sementara untuk SD dan SMP, anak-anak diminta membawa dari rumah.
Aku bawakan dua jenis buat si sulung, lemet ini salah satunya. Yang lainnya singkong rebus santan. Lain kali aku tayangkan, yang kemarin gak sempat difoto soalnya. Kedua makanan itu kesukaan dia. Yang lemet rasanya manis, sedangkan yang direbus santan itu gurih asin. Dibawa ke sekolah agak banyak dan dibagi-bagi ke teman-temannya. "Banyak yang suka lho bu," begitu laporannya. Memang sih, sampai di rumah kedua makanan itu tinggal sisa sedikit. Syukurlah kalau begitu, yang masak jadi ikut senang.
2 komentar:
Hi mbak Tata,
Lemet-nya bikin ngiler nih padahal cuman lihat gambarnya aja...hihihihi...gimana kalau di kirimin 5 bungkus ya?
thanks for visit ya..tapi gimana cara kirim ke sydney? kabari aku kalo pulang Indo, nanti aku bikinkan khusus :D
Posting Komentar