Selasa, 15 Mei 2007
Hari ini berangkat kantor pakai alternatif jalur KRL Ekonomi. Belum pernah sih, baru nyoba-nyoba. Berangkat dari rumah sekitar jam 07.15 dianter suami sampai jalan raya, terus naik angkot ke Stasiun Serpong (ongkosnya 2000 perak). Stasiun ternyata nggak ramai. Nggak ada antrian tiket, harga tiketnya ternyata cuman 1500 perak. Aku pilih jalur Serpong-Tanah Abang.
Sekilas aku tanya petugas pembolong tiket di depan pintu masuk stasiun, katanya kereta baru akan datang jam 8 kurang. Nunggu sekitar 10 menitan, keretanya baru nongol. Wah, berdesakan. Apesnya aku nggak dapat tempat duduk. Ya udahlah, terima aja, namanya juga 1500 perak. Eh, ternyata kereta tak kunjung berangkat. Si ular besi ini masih ngetem sekitar 10 menit. Dan...bergeraklah dia setelah hampir bosan aku berdiri ngalamun tengok kiri tengok kanan.
KRL berhenti di tiap stasiun: Rawa Buntu (BSD), Sudimara (Bintaro), Pondok Ranji (Bintaro), Kebayoran, Palmerah, dan akhirnya Tanah Abang. Di tiap stasiun tadi kereta masih menelan penumpang hingga di dalam gerbong jadi ngap, penuh sesak, si tukang jual tahu mulai teriak-teriak minta jalan karena kesulitan dorong dagangannya. Beruntung, di Palmerah aku dapat tempat duduk. Ya..lumayan lah buat nekuk kaki, apalagi hari ini aku sengaja pakai sandal berhak tinggi. Soalnya mendung dan pagi-pagi udah ujan, takutnya kalau aku pakai sepatu boot dan kehujanan susah keringnya. Pengalaman yang lalu bikin badan ini meriang, baju basah kena hujan, sepatu juga, dan susah keringnya. Sementara di KRL AC dinginnya bukan main. Nightmare waktu itu.
Di stasiun Tanah Abang, penumbang ambrol membeludag keluar. Kereta seperti muntah-muntah dan muntahannya berubah jadi rombongan semut yang bergerak ke atas menuju tangga keluar. Aku pegang erat tasku. Takutnya ada copet gentayangan.
Sampai di luar stasiun aku tanya ke ibu-ibu pedagang kue bagaimana cara sampai ke thamrin, dia jawab naik Kopaja 502 jalan dulu di bawah lorong jalan layang. Aku ikutin sarannya. Bener juga ada beberapa Kopaja 502 ngetem di sana nunggu penumpang, kondekturnya teriak-teriak manggilin calon penumpang. Perasaanku lega, 502 sepertinya tak asing. Ini jurusan Tanah Abang-Kampung Melayu, cuma aku lupa kemana dia melintas.
Makin lega lah aku ketika si Kopaja melintas Kebon Sirih lantas belok ke TIM, tepat seperti dugaanku. Aku turun di TIM, jam di depan Menteng Huis tadi menunjukkan waktu 09.05, masih pagi. Aku beli ketupat sayur di sebelah TIM, buat aku bawa ke kantor. 4000 perak harganya. Perutku melilit. Kelaparan, tadi pagi cuma nyeruput secangkir energen cereal dan tiga buah kue gabus sisa buat tamu hari Minggu.
Dari TIM aku naik bajaj, tawar menawar cukup ketat, mosok dia minta 10ribu sampai ke kantor. Keterlaluan. Aku tetap pada pendirianku 6ribu perak titik. Eh, dia nyerah juga. Dan ternyata si bapak bajaj ini salah paham, dia pikir aku mau ke arah Manggarai, makanya dia minta 10ribu.
Kantor masih sepi pas aku nyampe. Lega. Hari ini aku dapat pelajaran baru, alternatif rute yang bisa dipilih selain nebeng, KRL AC, Bis BSD, atau bis reguler dari Kebon Nanas. Rute baru ini menyenangkan buatku karena jam keberangkatannya bervariasi dan hampir tiap saat ada. Aku bisa masakin anakku dulu, atau belanja dulu di tukang sayur, atau sekadar main-main sama anak dulu, atau ya sekadar malas-malasan bangun agak siang dikit daripada biasanya jam 04.30 sudah harus melekin mata.
Cuma saja, seandainya saja KRL Ekonomi lebih nyaman dikit kan lebih enak lagi. He..he..namanya manusia, nggak pernah puas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar