Rabu, 23 Januari 2008
Tahun baru, awalan baru
24 Januari 2008
Ini posting pertama di tahun 2008 ini. Judulnya sudah agak basi karena satu bulan hampir berlalu dari gemerlap pesta tahun baru plus semangatnya yang membara itu.
Bagi saya, tahun 2008 ini benar-benar awal dari kehidupan baru dalam keluarga saya. Di bulan Desember akhir, menjelang berakhirnya tahun 2007 saya mendapat berkat kehamilan dari Tuhan. Setelah hampir 5 tahun jaraknya dari anak pertama, Tuhan berencana menambah satu anggota keluarga lagi. Itu yang pertama.
Kedua, beberapa hari lalu, Tuhan juga mengabulkan satu permohonan saya dengan terselesainya satu masalah pelik yang kiranya tak perlu saya jelaskan di sini. Ringkasnya, persoalan yang sejak dua tahun lalu baru terselesaikan beberapa hari lalu melalui bantuan orang yang tak saya kenal di internet. Sungguh karunia Tuhan yang luar biasa. Berbulan-bulan saya mengirim email dan berdoa. Juga mencari bantuan lewat konsultasi dengan seorang teman lama. Namun ya..memang kita harus bersabar. Benar sungguh kata seorang sesepuh yang pernah berkata kalau kita berdoa novena untuk satu permohonan belum tentu dalam satu kali novena lantas permohonan terkabul. Tuhan punya rencana sendiri dan Tuhan pula yang menentukan kapan saat yang tepat untuk mengabulkan permohonan kita. Dan itu menuntut kesabaran dan kesetiaan pada Tuhan.
Tak jarang saya jadi kesal sendiri karena sudah berdoa berkali-kali kok ya ndak dikabulkan sama Tuhan. Juga sudah merasa berbuat baik sama siapa saja, tapi kok ya tetep apes dan sial. Sementara ada teman yang ...kok ya selalu beruntung karena sering mendapatkan apa yang diinginkan atau mendapat sesuatu yang tidak disangka-sangka macam dapat lotere terus sepanjang hidupnya. Kenapa saya ndak bisa?
Tapi sekarang saya seperti disadarkan kembali, untuk soal kesabaran itu. Ada nasehat yang mengatakan kita harus memiliki kesabaran seperti layaknya seorang petani. Kalau dipikir-pikir emang petani itu tempat rujukan yang tepat buat bertahan hidup. Bayangkan saja, berapa lama dia mesti menunggu panenan dari mulai mempersiapkan lahan, menebar benih, menyingkirkan gulma, hama, dan penyakit, dan yang terakhir menyiapkan kegiatan panen. Tapi apa itu saja? Yang saya salut adalah ketabahan si petani karena bencana bisa datang tiba-tiba dan bisa jadi jerih payah menjadi sia-sia.
Saya punya teman anak petani yang sengaja masuk IPB dengan cita-cita mulia awalnya buat kembali ke desanya di daerah Jawa Barat selulus kuliah. Tapi, nyatanya si teman ini tak memenuhi janjinya - bahkan setelah menyandang gelar master. Ia malah jadi peneliti dan pengajar di sebuah universitas swasta di Jakarta. Katanya hatinya selalu miris setiap kali menyaksikan tanaman padi yang sudah hampir panen lantas "tersungkur" setelah dilewati kabut tebal. "Tak kuat saya kalau jadi petani", begitu kilahnya.
Barangkali ini juga salah satu alasan kenapa sekarang banyak pemuda desa ogah jadi petani. Kesabaran seorang petani makin jadi barang langka di tengah arus modernitas yang menyediakan apa-apa yang serba instan. Bahkan punya keluarga pun bisa instan. Betapa tidak, kita bisa cari jodoh lewat biro jodoh, kemudian jika pengen punya anak cepet ya adopsi saja dari panti asuhan. Atau beli anak ya banyak kalo punya jaringan pasar gelap.
Saya punya anak pertama setelah sempat kosong selama 8 bulan. Itupun saya sebenarnya sudah kebat-kebit, normal kah saya? Siapa di antara kami yang mandul? Waktu itu saya pikir dari pihak saya, soalnya saya pernah diduga punya endometriosis di rahim. Wah, saya sudah cari cari informasi soal terapi hormon waktu itu. Eh, ternyata Tuhan baru kasih jawaban beberapa bulan kemudian. Beberapa teman yang "isi" dulu sebelum kawin meledek kami, "Jaman instan kok masih lama dapet anaknya" komentarnya.
Begitulah, di tahun 2008 ini saya seperti tersadarkan lagi bahwa kesabaran dan keteguhan hati itu tetap harus kita miliki. Biarlah ini jadi counter product di tengah-tengah arus modernisasi yang serba tergesa dan menawarkan banyak pilihan. Ini akan saya jadikan modal buat menjalani tahun yang baru ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar