Sayang jika tak bisa lihat. Tahun lalu waktu bunga bangkai mekar setinggi 171 cm di KBR, aku tidak sempat tengok. Sekarang, kesempatan ini kiranya jadi penutup liburan yang manis.
Kami tidak sendiri. Ada tiga teman dan satu anaknya yang ikut juga. Tapi kami berangkat sendiri-sendiri. Dari Serpong, aku dan dua anakku satu mobil, mereka berempat satu mobil sendiri dari Ciganjur.
Sekitar pukul 12 aku dan anak-anak sampai di Bogor, sambil tunggu rombongan Ciganjur sampai, kami mampir McD dulu untuk makan siang. Hujan turun deras. Beruntung tadi kami tidak langsung masuk KBR.
Ketika hujan tinggal gerimis, aku ajak anak-anak ke KBR. Pikirku, pasti pengunjung mulai berkurang. Eh, salah, ternyata pengunjung cukup ramai.
Lokasi Unit Pembibitan Reintroduksi Tumbuhan Langka (Nursery for Rare Plant Species Introduction) KBR, tempat Rafflesia Padma mekar agak jauh di pinggir. Kami harus memutari KBR dan berkendara agak jauh.
Hujan masih turun rintik-rintik ketika kami sampai. Sebagian pengunjung masih berpayung atau bertopi untuk menghindar dari tetesan hujan. Ada sebatang pohon sosis (Kigelia Pinnata) di depan kantor Unit. Pohon sosis berasal dari Afrika, buahnya dipercaya mampu menyembuhkan banyak penyakit, di antaranya kanker dan penyakit kulit.
Putri, anakku, senang melihatnya. Ia coba menjangkau buah-buah coklatnya yang bergelantungan menggemaskan mirip sosis-sosis raksasa.
Yang menarik, selain pohon sosis itu, terpasang papan informasi yang memperingatkan agar kita jangan keliru membedakan antara Bunga Bangkai Titan Arum dengan Bunga Rafflesia Padma atau Bunga Patma. Memang sama-sama berbau tidak sedap, tapi keduanya, sekali lagi, memang beda. Oh, saya juga baru tersadar.
Sebelumnya saya menyebutnya sama: bunga bangkai. Ternyata tidak begitu. Bunga bangkai berasal dari tanaman sejenis talas-talasan. Namanya Amorphophallus titanum dari keluarga Araceae. Sementara bunga Rafflesia Padma dari keluarga Rafflesiaceae.
Satu hal yang bikin saya senyum dari papan informasi itu adalah sebutan "Pak Titan" dan "Bu Padma" untuk memudahkan mengingat perbedaan kedua bunga. Jika dilihat dari bentuknya, kedua bunga itu beda dan menyerupai bentuk kelamin laki-laki dan perempuan. Bunga Bangkai memiliki tongkol (spadix) panjang menjulur ke atas, sementara bunga Padma berlobang di tengahnya.
Nah, sekarang kita masuk ke dalam. Jalanan becek sehabis hujan membuat arus keluar masuk pengunjung agak tersendat. Hanya sekitar sepuluh meter sampailah kita di lokasi. Untuk menjaga jarak dari pengunjung bunga Padma dilindungi pagar ukuran 3x3 meter.
Di dekat lokasi, ada papan raksasa yang memberitahukan tentang keragaman Rafflesia di Indonesia. Luar biasa, ya. Foto papan informasi ini ada di bagian awal tulisan.
Rafflesia yang pertama ditemukan di Bengkulu, Sumatra diberi nama Rafflesia Arnoldii. Kata "raffles" diambil dari nama pemimpin ekspedisi yaitu Thomas Stanford Raffles, sementara kata "arnold" diambil dari nama peneliti ekspedisi yaitu Dr. John Arnold. Tapi, menurut kabar, penemu bunga ini adalah seorang pemandu asal Indonesia. Sayangnya namanya tidak ditulis, pun tidak diabadikan sebagai nama bunga.
Tentang bagaimana pemberian nama-nama jenis Rafflesia yang ditemukan berikutnya tidak aku dapatkan kisahnya.
Rafflesia Padma yang mekar kali ini berdiameter 38 cm dan lingkar badan 70 cm. Menurut berita di media, ini adalah bunga Padma terbesar dan yang tercepat mekar dari semua Rafflesia Padma yang pernah ada di KBR.
Petugas KBR yang tengah diwawancara seorang wartawan bilang, mekarnya bunga ini menjadi tanda keberhasilan peneliti Indonesia karena berhasil menumbuhkan Rafflesia Padma secara ex-situ (di luar habitat aslinya).
Pada 2006, peneliti mengambil tanaman inang Padma yaitu Tetrastigma, tanaman anggur-angguran merambat dari daerah Pangandaran, Jawa Barat. Sejak itu, sudah 7 kali Padma mekar, namun belum pernah sesempurna seperti yang sekarang ini.
Rafflesia muncul dari salah satu batang Tetrastigma. Ia adalah parasit sejati. Menempel pada inangnya dan mengambil semua makanan dari sana. Rafflesia tidak punya daun, karenanya tidak punya klorofil dan tidak mampu "memasak" makanan sendiri. Hidupnya benar-benar bergantung pada inang, jika inang mati, ia pun mati.
Rafflesia hanya bertahan lebih kurang lima hari saja. Saat kami tengok, Padma sudah mekar selama tiga hari. Penampilannya sudah tidak secantik hari kemarin, apalagi ditambah tetesan air hujan yang membuatnya tampak kusam.
Tapi, masih ada tiga bonggol lagi yang bakal mekar. Lihat foto di bawah ini.
Si petugas bilang, perlu waktu satu tahun untuk mekar dari awal bonggol yang sebesar koin seratus perak. Bonggol yang paling besar baru akan mekar sekitar sembilan bulan lagi. Ahh..semoga mekar sempurna lagi, dan nanti sempat lihat lagi.
Ini kolase foto saat anak-anak melihat Rafflesia mekar:
Perjalanan melihat Rafflesia Padma kami akhiri dengan pertemuan kedua rombongan di Kafe Daun di dalam KBR. Sungguh, perjalanan sederhana yang mengasyikkan untuk menutup liburan.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar