Minggu, 24 Mei 2009

Festival Jajan Bango 2009


24 Mei 2009

Hari Sabtu kemarin kami pergi ke Festival Jajan Bango (FJB) yang digelar di halaman parkir Gelora Senayan. Ini pertama kali aku berkunjung ke FJB yang kabarnya udah beberapa kali diadakan. Sampai di Senayan mobil sudah terlihat mengular, antre masuk. Beberapa mobil yang tidak sabar nampak putar balik. Suamiku bilang, "Sabar, sabar, biarian aja tuh yang mau pergi".

Setelah bersabar dan berjuang, akhirnya dapat juga parkir dekat tempat festival. Begitu keluar mobil. Wuaaah, bau harum menyeruak. Nampak kepulan asap di sana sini. Maklum beberapa adalah penjual sate. Tapi jangan khawatir, mobil pemadam kebakaran nampak stand by di sana.

Begitu masuk, bingung juga. Berderet-deret nampak penjual makanan. Kanan dan kiri. Di tengah puluhan orang duduk di kursinya. Apalagi kegiatan mereka kalo gak makan dan makan.

Akhirnya setelah toleh sana toleh sini. Pilihan jatuh pada sate pejompongan. Antrinya memang bukan main, tapi ya memang dimana-mana begitu. Sabar saja. Sementara suami antri, aku dan anak-anak - Bintang dan Putri - plus suster cari tempat duduk. Tak berapa lama sate datang, ternyata cuma satu porsi. Ya sudah, buat Bintang aja. Aku sama suster akhirnya beli soto ceker. Suami beli gado-gado bonbin.

Selesai makan kami jalan-jalan lagi. Beli kecap bango satu botol. 16.000 perak. Dapet kupon dua lembar. Kupon ini bisa ditukar dengan peluang untuk mengambil dua undian. Bintang yang memilih. Ternyata kami dapat botol kecap sama buku agenda Bango. Lumayan. Dua kupon tadi juga ternyata berfungsi buat tiket masuk ke Kampung Bango. Aku sama Bintang masuk ke sana.

Wah, menurutku Kampung Bango ini ide cerdas. Ini adalah satu replika mini yang menceritakan tentang darimana si kecap berasal. Di halaman pertama kami disambut dua mbak penjaga yang menyobek tiket dan memberi kami caping kertas. Berikutnya adalah replika kebun kedelai. Ada dua bapak petani yang jaga. Bintang boleh masuk ke kebun, melihat kecambah yang mulai tumbuh dan foto di antara tanaman kedelai. Berikutnya ada ibu-ibu dengan tampah penuh kedelai hitam. Pemberhentian berikutnya adalah tempat mencetak gula jawa. Ada mas-mas yang jaga di situ. Katanya pada Bintang, "Kecap bango itu bahan dasar utamanya ya cuma kedelai sama gula jawa. Adik mau coba cetak gula jawa?". Bintang tentu mau. Padahal yang dicetak itu bukan gula jawa beneran tapi playdough - alias malam. Cetakannya rapi. Bulat-bulat kecil. Gampang memang. Bintang dengan cepat membuat dua gula jawa.

Selesai dari meja gula jawa, kami beranjak lagi. Sekarang ke tempat penuangan kecap ke botol. Nampak papan bertuliskan "Bukan cairan kecap yang asli. Jangan diminum". Di bawahnya ada semacam gentong besar dengan beberapa keran di badannya. Bintang diberi satu botol kecap kecil kemudian si mas yang jaga membuka keran. Tugas Bintang hanya memegang botol kosong di bawah keran. Nampak seorang fotografer sibuk mengabadikan momen ini. Buat apa ya? Mungkin dokumentasi.

Nah, semua proses pembuatan kecap selesai. Tapi masih ada dua pemberhentian lagi, yaitu koperasi karyawan Bango. Mereka menjual merchandise Bango serta barang-barang kerajinan hasil daur ulang bungkus kecap Bango. Ada dompet hape, sampul agenda, tas, dll. Aku tak begitu tertarik, jadinya ya lewat aja. Berikutnya lagi tempat foto. Ada kebun kedelai yang dicetak pada backdrop. Ada properti cangkul dan caping beneran. Jadi kita bisa berpose di sana dengan mengenakan caping dari anyaman bambu dan memegang cangkul. Seorang penjaga standby di situ untuk membantu mengambil gambar. Aku pengen juga foto, tapi si Bintang keburu pengen main lompat-lompatan.

Tak jauh dari situ memang ada tempat untuk main lompat-lompatan. Apa ya namanya aku lupa. Pokoknya terbuat dari semacam terpal plastik yang ditiup. Ukurannya besaaaar sekali. Beberapa anak kecil main lompat-lompat juga di sana. Suamiku membelikan tiket, harganya 20.000 untuk sekali main dengan durasi 30 menit. Satu tiket dapat satu kantong kecil kecap Bango. Lumayan.

Selagi main ada teman suami ikut nimbrung. Sementara si dede sudah tidur. Kecapekan dia. Aku sendiri juga udah teler sebenarnya. Cuaca kurang mendukung. Tadi panas banget, terus mendung dan hujan rintik-rintik. Mungkin ada pawangnya, karena biasanya dengan mendung sebegitu tebal pasti hujan jatuh deras sekali.

Jam setengah empat sore kami memutuskan pulang. Sebelumnya aku sempat jajan bakso pentul senayan. Penasaran aja, kok banyak orang makan kayaknya enak benar. Bakso pentul ini adalah tiga bakso yang ditusuk sate, diberi kecap kemudian dibakar. Makannya sambil dicocol saus sambel. Sederhana tapi kok ya enak ya. Kata susterku, "Ibu juga pasti bisa bikin kayak gini."
Bener juga ya, jadi pengen nyoba kapan-kapan. Harganya cukup mahal lo. Satu tusuk 7000 perak. Dan memang secara keseluruhan menurutku sih harga makanan di FJB ini mahal. Soalnya satu porsinya sedikit, beda dengan porsi di luar.

Tapi, ya sudahlah. Kami maklum saja. Acara ini menarik. Konsepnya sebenarnya sederhana cuma menggabungkan para pedagang makanan di satu tempat. Tapi dikemas dengan apik dan cerdas, jadinya ya bagus. Menyenangkan buat kami.

Tidak ada komentar: