Rabu, 06 Juni 2007

Kangen Sepi


6 Juni 2007
Judul kali posting kali ini sentimentil. Tapi ya memang itu yang saya rasakan beberapa hari terakhir. Saya benar-benar merasa kangen dengan kesepian. Kangen dengan suasana yang sepi yang tidak hingar bingar. Perasaan ini makin menjadi-jadi hari Senin kemarin. Di awal minggu itu saya ijin tidak ke kantor karena anak sakit. Penyakitnya gak jelas, cuma kata dokter ada angin di perut. Obatnya juga cuma anti mual yang harus diminum seperempat jam sebelum makan dan antibiotik 3 kali sehari sesudah makan. Nyatanya obat dari dokter itu tak manjur amat. Anak saya masih saja muntah. Makan muntah, minum susu muntah. Praktis seharian tak ada yang masuk ke perutnya. Badannya udah lemas dan layu. Menjelang malam, mulai panas. Saya betul-betul stress seharian. Untung saya punya suster pintar. Dia inisiatif beli antangin anak terus dibalur bawang merah. Lumayan baikan dia.

Cerita anak sakit ini memang tak begitu berhubungan dengan judul tadi. Lho? Lantas? Cerita tadi cuma menerangkan kenapa saya di rumah pada hari kerja. Begini, dengan di rumah pada hari kerja saya jadi tahu suasana di rumah seperti apa. Dan ternyata bukan main berisiknya! Karena para majikan tetangga saya semua pergi kerja, maka yang di rumah adalah para suster dan mbak-mbak. Mereka memutar musik dan menyalakan tv bukan main kerasnya dengan lagu-lagu sesuai selera masing-masing. Yang suka pop ya muter pop, yang suka dangdut ya mutar dangdut. Benar-benar crowded. Belum lagi tiap beberapa menit sekali ada tukang roti atau tukang-tukang jualan lainnya lewat. Plus sesekali motor dan mobil lewat..sesekali pula para mbak dan suster itu saling sapa atau mengingatkan anak majikannya sambil berteriak-teriak.

Ampun!

Saya benar-benar tidak tahan. Bukan saja karena stress anak sakit di rumah, tapi suasana bising ini benar-benar mengganggu.

Akhir-akhir ini saya juga tidak tahan menyalakan televisi. Coba saja, sebentar-sebentar iklannya muncul dengan musik dan lagu yang hingar-bingar, cara bicara cepat dan berteriak. Sesudah itu muncul musik latar untuk scene bump in dan bump out. Benar-benar berisik.

Menurut saya era ini era festival. Semua orang menginginkan setiap hari adalah hari festival. Selalu ada perayaan, setiap jam, setiap menit, setiap detik. Kalau meminjam istilah yang sering dilontarkan Oprah: ada lobang di dalam diri manusia dan mereka berusaha mencari sesuatu untuk menutupnya, untuk membuatnya utuh, merasa sempurna.

Perkembangan teknologi dan informasi menyediakan sarana untuk membantu manusia menutup lobang itu. Cuma menurutku hanya menutup mulut lobang, tapi tidak mengisinya dengan sesuatu. Jadi si lobang tetaplah lobang.

Saya kangen sepi. Saya kangen bunyi-bunyi alam. Bunyi angin, bunyi air, bunyi daun, bunyi jangkrik, bunyi burung.

Bahkan di malam hari pun tak ada lagi sepi. Ada tetangga dengan mobil isuzu diesel yang bunyinya bukan main berisiknya.

Saya - sekali lagi - kangen sepi.

Tidak ada komentar: